Kamis, 06 Januari 2011

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bani Abbasiyyah


Ilmu pengetahuan dunia Islam mencapai perkembangan yang sangat berarti pada masa pemerintahan bani Abbasysyiyah, dimana khalifah-khalifahnya seperti Harun al Rasyid dan al Ma’mun menggalakkan adu pendapat yang terpelajar di istana mereka mengenai berbagai macam soal : logika, hukum, gramatika, dan sebagainya.[1] Pada masa ini juga tumbuh dengan sangat cepat perpustakaan-perpustakaan semi-publik, dimana beberapa pejabat negara terkemuka dan mampu mengumpulkan buku-buku dalam jumlah yang besar dan menyediakannya untuk dipergunakan oleh pencari-pencari ilmu pengetahuan, dan bahkan kadang-kadang menyedekahkannya untuk dipergunakan oleh umum. Hal itu juga dilakukan oleh penguasa-penguasa yang semi-independen dan kepala-kepala provinsi pada masa Abbasyiyah.[2]
Satu hal yang juga cukup menarik adalah pada masa Al Ma’mun, dimana dia telah mensponsori didirikannya sebuah akademi. Dan sejarah mencatat, akademi bentukan al Makmun ini merupakan akademi pertama yang disponsori oleh pemerintah. Akademi ini didirikan pada perempat pertama abad ke-3 H / 9 H. Akademi ini bukanlah suatu usaha dalam lapangan ilmu-ilmu Islam, namun mencurahkan perhatian dalam penterjemahan sistematis dari karya-karya sains dan filsafat Yunani. Al Makmun ternyata secara pribadi banyak tertarik pada ilmu pengetahuan dan bahkan filsafat dari tradisi Helenistik. Kemudian, melalui bantuan dana dan dorongan-dorongan semangatnya, ia memberikan rangsangan yang besar kepada pengembangan gerakan penerjemahan dari bahasa Yunani dan Syiria ke dalam bahasa dari karya-karya klasik kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam pada umumnya. Pada tahun 830, al Ma’mun mempersembahkan sebuah perpustakaan riset yang terkenal dengan “Bayt al Hikmah”. Di Bayt al Hikmah ini, naskah-naskah logika Aristoteles, beberapa karya Galen dan Hipokrates diterjemahkan. Bahkan, al Ma’mun melangkah lebih jauh lagi untuk memburu manuskrip-manuskrip di Konstantinopel, dimana tradisi Yunani telah dikembangkan sedemikian tinggi. Sejak saat itu, kualitas dan mutu terjemahan-terjemahan diperbaiki dengan sangat baik sekali.
Pada abad ke- 9 H, kedudukan Bayt al Hikmah digantikan dengan sekolah penerjemahan dibawah bimbingan Hunain Ibn Ishaq, yang menerjemahkan karya-karya ilmiah lainnya dari Galen, serta karya-karya metafisika dan filsafat Plato dan Aristoteles.[3]
Selain perpustakaan, observatorium merupakan pusat penelitian keilmuan Islam yang paling maju. Observatorium yang pertama adalah Syamasiah yang juga didirikan oleh Khalifah al Ma’mun di Baghdad sekitar tahun 829 M. Pembangunan observatorium ini segera diikuti oleh pembangunan observatorium al Battani di al Raqqah dan observatorium Abdurrahman al Sufi di Syiraz. Pada abad-abad berikutnya, sejumlah penguasa juga membangun observatorium lebih banyak lagi, yang tersebar dari Spanyol di Barat hingga ke Asia Kecil di Timur.
Selain itu juga dibangun rumah-rumah sakit yang merupakan sarana pengembangan ilmu yang tidak dapat diabaikan, terutama kedokteran dan farmasi. Rumah sakit pertama dalam peradaban Islam didirikan pada tahun 707 M oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik dari Dinasti Umayyah di Damaskus. Para raja berikutnya juga tidak mau ketinggalan dalam pembangunan rumah sakit. Di Mesir didirikan rumah sakit Manshuri dan di Baghdad didirikan rumah sakit Nuri.[4]
Namun begitu, pusat-pusat terpenting untuk menghimpun  pengetahuan bagi siswa adalah kota-kota tua di dalam wilayah kekhalifahan itu sendiri, seperti di Jundishapur (Iran) yang memiliki sekolah medis besar yang didirikan pada masa Sasanid, dan Kota Harran (Syiria).[5]Dari Jundaysabur ini, al Manshur membawa dokter kepala Jundaysabur bernama Bakhtishu ke istananya. Keluarga Bakhtishu ini secara turun temurun sepanjang 250 tahun mencurahkan segala kemampuan dalam bidang kedokteran.
Pada masa itu, di kota Baghdad saja setidaknya terdapat 800 orang dokter. Dan saat itu pula didirikan pusat Rumah Sakit Umum di Baghdad. Ahli-ahli Botani dibiayai untuk melakukan riset dan mengumpulkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan diseluruh Eropa, Afrika, dan Asia untuk dijadikan obat-obatan.
Selain melakukan upaya penerjemahan, Umat Islam juga menghasilkan karya-karya sendiri. Contoh misalnya al Kindi yang menghasilkan 256 buku yang meliputi ilmu kedokteran, optik, fisika, meteorolgi, kelautan, iklim, dan musik. Muhamad, Ahmad, dan Hasan merupakan ahli matematika, mekanik, juga musik. Ketiganya telah berhasil membuat es, alat pendingin rumah, piano otomatis, dan merupakan pembuat jam pertama kali. Jabir Ibn Hayyan merupakan ahli di bidang kimia dan ilmu tentang racun yang sangat dihormati Eropa.
Selain itu, masih ada Al Razi yang telah menghasilkan 200 buku di bidang kedokteran, fisika, filsafat, matematika, astronomi, dan meteorologi. Ibn Sina yang Filosof, dokter, ahli geologi, dan kimia. Ali Ibn Isa menguasai ilmu opthatmologi dan telah mampu melakukan operasi mata. Dan maestro dari segalanya adalah al Biruni yang dijuluki al Ustadz fi al ‘Ulum. Beliau ahli kedokteran, falak, matematika, farmasi, geografi, dan sejarah.
Dalam dunia Islam waktu itu juga telah berkembang dengan pesat seni lukis, musik, sastra, dan arsitektur. Dalam seni bangunan ini banyak sekali karya-karya hebat umat Islam seperti Qubbah al Sakhrah, Masjid Raya Damascus, Masjid Raya Cordova, Sevilla dll. Bahkan hampir seluruh jembatan-jembatan di Eropa dibangun menurut model arsitektur Islam.[6]
Dari uraian di atas, kemajuan ilmu pengetahuan dan Teknologi umat Islam pada waktu itu kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Bidang-bidang sains, meliputi:
1.      Matematika;
Filosof Islam pertama yang ahli di bidang ini adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak al Kindi (185 H/801 M-256 H/869 M). Ia menulis empat buku tentang Aritmatika, diantaranya Risalah fi Madkhal ila al Aritmatiqi (Risalah Pengantar Ilmu Hitung) dan Risalah al Kammiyat al Mudafah (Risalah tentang Jumlah Relatif).
Matematikawan terbesar Islam adalah Muhammad bin Musa al Khawarizmi (780-850 M). Ia memelopori penggunaan angka nol dalam ilmu hitung. Metodenya untuk menghitung kemudian dikenal sebagai algoritma. Bukunya yang terkenal adalah al Kitab al Mukhtashar fi Hisab al Jabr wa Muqabalah (Kompendium tentang Hitung Aljabar dan Persamaan). Dia juga merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan konsep sinus serta yang memecahkan persamaan kuadrat. Al Khawarizmi juga mengembangkan sistem notasi desimal yang kemudian digunakan Fibonacci (Leonardo da Pisa) untuk menyusun bukunya yang terkenal Liber Abaci.
2.      Fisika;
Ilmuwan muslim pertama yang memperhatikan ilmu fisika adalah al Kindi, tetapi fisikawan terbesar muslim dalam kurun pertama peradaban Islam adalah Ibnu Haitam. Bukunya yang berjudul Kitab al Manadhir (Kamus Optika), yang terdiri dari 7 jilid sangat populer di universitas-universita Eropa.
3.      Biologi;
Ilmuwan muslim yang terkenal dibidang ilmu ini adalah al Dinawari (w.282 H/895 M). Karya besarnya diterjemahkan menjadi Encyclopaedia Botanica, jauh lebih luas dan teliti pembahasannya daripada karya-karya Dioscorides dan Theosphrastus yang dianggap sebagai puncak studi seribu tahun para sarjana Yunani.
4.      Kimia;
Kimiawan terkenal adalah Jabir bin Hayyan yang mendefinisikan senyawa kimia sebagai gabungan unsur-unsur yang sangat kecil, sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dalton sepuluh abad kemudian. Nama lain yang hebat dalam disiplin ilmu ini adalah Abu Bakar al Razi, al Maghriti, al Zahrawi, serta Ibnu Badis.
5.      Kedokteran;
Dokter muslim pertama yang menulis buku adalah Ali al Tabari, kemudian Hunain bin Ishaq dan Abu Bakar al Razi. Namun, dokter terbesar dalam sejarah Islam adalah Ibnu Sina. Dia digelari “Medicorum Principal” alias Raja Diraja Dokter oleh tradisi kedokteran Eropa klasik. Bukunya yang berjudul al Qanun fi al Thibb (Prinsip-prinsip Kedokteran) merupakan pegangan di universitas-universitas Eropa dari abad ke-12 sampai abad ke-18. dia juga memelopori pengobatan penyakit syaraf neurastenia.
6.      Ilmu Pertanian;
Ilmuwan-ilmuwan Islam yang terkenal dalam ilmu pertanian antara lain Abu Ubaid al Bakri, Ibnu Hajajj, Abu Zakaria Yahya serta Abu Khayr al Isybili al Syajjar.
7.      Ilmu Bumi;
Ahli ilmu Bumi pertama dalam sejarah Islam adalah Hisyam al Kalbi. Selain itu juga al Khawarizmi. Bersama tujuh puluh geografer, al Khawarizmi membuat peta globe pertama pada tahun 830 M. Dia juga dilaporkan telah mengukur volume dan keliling bumi atas perintah Khalifah al Ma’mun. Selain itu ahli ilmu bumi Islam yang lain adalah al Biruni, al Syirazi, Yaqut al Rumi dan Ibnu Sina.
8.      Astronomi;
Al Kindi merupakan filosof besar Islam yang menulis sejumlah buku astronomi, diantaranya adalah Risalah fi Masail Su’ila ‘anha min Ahwal al Makasih (Jawaban Persoalan tentang Planet-planet). Ada juga Muhammad al Fazari yang merupakan astronom resmi pertama Dinasti Abbasyiyyah yang mengoreksi tabel yang ada berdasarkan teks astronomi India Siddanta yang ditulis oleh Brahmagupta. Selain itu ahli-ahli astronomi yang lain adalah al Khawarizmi, Habasyi al Hasib al Marwazi, al Fargani (bukunya dijadikan rujukan Copernicus dalam menyusun teorinya), serta al Biruni. Penelitian al Biruni bahkan sudah menyimpulkan bahwa bumi berputar mengelilingi sumbunya, enam ratus tahun sebelum teori Galileo.
b.      Teknologi, meliputi:
1.      Teknologi Mekanik;
Ahli mekanik muslim yang terkenal adalah Bani Musa (Muhammad, Ahmad dan Hasan) yang menciptakan bejana-bejana ajaib serta alat-alat lain, al Khawarizmi, al Muradi, Ibnu Hiatam, serta al Khazini.
2.      Tehnik Sipil;
Al Biruni memberi sumbangsih yang berharga di bidang ini. Dia mengembangkan aspek matematika dari geografi, melakukan pengukuran geodetik, menentukan koordinat beberapa tempat dengan kecermatan tinggi, serta memperkenalkan metode proyeksi stereografis sederhana.
3.      Perkapalan dan Navigasi;
Galangan kapal pada masa Islam didirikan pada tahun 54 H/673 M di Pulau Rawdah, Mesir. Kemudian menyusul fasilitas-fasilitas pembuatan kapal di Acre dan tyre, serta galangan kapal di Iskandariyah, Damietta, dan Fustat untuk wilayah-wilayah Timur. Sementara untuk wilayah-wilayah Barat terdapat galangan kapal angkatan laut di Tripoli, Tunis, Sevilla, Almeria, Pechina, dan Valencia.
Salah satu penemuan yang paling penting dalam dunia maritim ini adalah ditemukannya kompas. Kompas maritim digunakan oleh para pelaut muslim untuk pertama kalinya pada awal abad ke-11, bahkan mungkin lebih awal lagi.
4.      Teknologi Kimia dan Industri;
Al Kindi dalam Kitab Kimya’ al ‘Itr wa al Tas’idah menjelaskan 107 metoda dan formula pengelolaan industri parfum. Sementara Hasan al Rahman menulis tentang penyulingan aspal atau ter, ekstraksi minyak dari kayu pinus, resin pinus, biji aprikot, tulang kuku kuda, dan bahan-bahan lain, sehingga pada masa itu telah berkembang industri parfum, minyak asiri, penyulingan minyak bumi, sabun, gelas, keramik, tinta dan zat warna. Selain itu ada industri kertas di Samarkand, Baghdad, Suriah, Mesir, Maroko, Sicilia, dan Spanyol.
5.      Teknologi Militer;
Murda bin Ali al Tarsusi menyusun risalah berjudul Tabsirah Arbab al Albab fi Kaifiyyat al Najah fi al Hurub, sedangkan Sultan Salahudin menyusun risalah al Tadzkirah al Harawiyyah fi al Hiyal al Harbiyyah. Dari risalah-risalah ini diketahui bahwa selain pedang, tombak, dan panah, kaum muslim juga menggunakan peralatan seperti Ballista (‘arradah), alat pelantak (dabbabah, kabsy) untuk menembus dinding pertahanan musuh, meriam (midfa’), dan pelontar misil (manjaniq).
6.      Teknologi Pertanian;
Abu zakariya bin Muhammad  bin al Awwam menulis risalah pertanian Kitab al Filahah yang merupakan karya muslim Abad Pertengahan terlengkap di bidangnya. Karya yang ditulis sebagian berdasarkan pada sumber-sumber berbahasa Yunani dan Arab dan sebagian lagi dari pengalaman para petani muslim di Spanyol ini, memuat rincian tentang lebih dari 585 tanaman serta menjelaskan cara pembudidayaan lebih dari 50 pohon buah-buahan. Ibnu Awwam juga menjelaskan cara membajak tanah, sifat-sifat tanah, pupuk, dan membahas beberapa penyakit dan hama tanaman beserta obatnya.
Industri penggilingan gandum juga berkembang pesat. Kincir-kincir air dan angin untuk penggilingan gandum banyak didirikan di Baghdad, Suriah, Mesir, dan Iran dengan tehnik penggilingan yang bermacam-macam sehingga menghasilkan berbagai macam jenis tepung.
Pada masa itu juga telah berkembang industri gula yang didukung oleh perkebunan tebu di Faris dan al Ahwaz, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Laut Tengah. Informasi mengenai industri ini diperoleh dari Nihayah al ‘Arab fi Funun al Adab oleh Ahmad al Muwairi. Selain tentang pembuatan gula, risalah ini juga memuat tentang penggunaan bajak berat (maharit kibar) yang digunakan sebelum penanaman tebu.
7.      Teknologi Pertambangan dan Metalurgi;
Kota-kota yang memiliki sumber-sumber mineral terkemuka di zaman Abbasyiyyah yang memungkinkan berkembangnya industri pertambangan dan perhiasan yang amat masyhur adalah Khuarasan di Persia yang memiliki tambang emas, perak, marmer, dan air raksa; Transoxania di utara Persia dengan tambang batu rubi, lapis lazuli, azur, dan asbestos; Kerman di Persia dengan tambang timah dan perak; mutiara di Bahrain; Firus di Nisabur, Persia; dan besi di Libanon. Sumber mineral lainnya meliputi kaolin dan marmer di Tabriz; antimoni di perbatasan Isfahan; batubara dan nafta di Georgia; marmer dan belerang di Suriah-Palestina; air raksa dan aspal di Farghanah; garam di Maghrib, Khurasan, dan Armenia; dan tawas di Yaman dan Chad.
Sebagaimana pola pertambangan pada zaman modern, ada dua jenis operasi yang digunakan dalam kegiatan penambangan, yaitu penambangan bawah tanah dan tambang terbuka. Salah satu metode penambangan bawah tanah adalah dengan membuat terowongan vertikal (bir) dn terowongan horisontal (darb). Tehnik pengeboran terowongan ini telah dikenal di hampir seluruh wilayah Islam melalui tradisi pembuatan qanat, saluran air bawah tanah untuk irigasi.
Alat utama seorang penambang adalah pangkur (minqar, saqur), berbagai jenis palu, pahat, linggis, cangkul,  dan sekop. Mesin kerek digunakan untuk mengangkat bahan galian keluar dari lobang. Penerangan yag digunakan berupa lampu minyak yang juga berfungsi sebagai indikator tersedianya udara segar.
Dalam karyanya tentang mineralogi, al Jamahir, al Biruni antara lain menerangkan tentang proses karbonisasi besi tempa, dan pmbuatan baja dari besi tuang. Sementara ‘Izzuddin Aydamir al Jildaki dalam Kitab al Hadid memuat banyak informasi tentang tingkat penguasaan orang Islam dalam pengolahan besi dan baja.[7]          

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin Mohammad, Cet. III, 1997
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Bagian Kesatu & Dua, terj. Ghufron A. Mas’adi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1999
Abdullah, Taufik, et.al. (Ed.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Pemikiran dan Peradaban, Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002
Hodgson, Marshall G.S., The Venture of Islam; Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia, Jilid Pertama: Masa Klasik Islam, Buku kedua: Peradaban Khalifah Agung, terj. Mulyadhi Kartanegara, Cet. I, 2002
Hoesin, Oemar Amin, Kultur Islam; Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasinal, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 1964



[1] Lihat dalam Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Mohammad, Cet. III, 1997, hlm. 264 et.seq.
[2] Ibid., hlm. 265
[3] Lihat Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, Bagian Kesatu & Dua, terj. Ghufron A. Mas’adi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1999, hlm. 143
[4] Taufik Abdullah, et.al. (Ed.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Pemikiran dan Peradaban, Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, hlm. 238
[5] Lihat Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam; Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia, Jilid Pertama: Masa Klasik Islam, Buku kedua: Peradaban Khalifah Agung, terj. Mulyadhi Kartanegara, Cet. I, 2002, hlm. 85
[6] Lihat Oemar Amin Hoesin, Kultur Islam; Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasinal, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 1964, hlm. 22-73
[7] Taufik Abdullah, et.al. (Ed.), Op. Cit., hlm. 238-263

1 komentar:

KUA KECAMATAN SAYUNG KAB. DEMAK mengatakan...

benar2 luar biasa Islam tempo doeloe....

Posting Komentar

 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design