Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan (Syah, 1999: 32). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 232), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses; perbuatan; cara mendidik). Senada dengan definisi ini adalah definisi yang disampaikan oleh Ralph W. Tyler, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses mengubah pola perilaku manusia. Perilaku di sini dalam pengertian yang luas, yang meliputi pemikiran dan perasaan. Pendidikan dipandang dengan cara ini adalah ketika sebuah lembaga pendidikan menghendaki para peserta didik belajar secara mandiri untuk mengidentifikasi perubahan yang diperlukan dalam pola perilaku para peserta didik (Tyler, 1973: 6).
Pengertian yang sedikit berbeda adalah pendapat Umberto Sihombing (2002: 10) yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses sosial dalam memanusiakan manusia melalui pembelajaran yang dilakukan secara sadar, baik secara terencana maupun tidak. Proses pendidikan bukan hanya apa yang disebut dengan transfer of knowledge, transfer of value, transfer of skills, namun totalitas kegiatan yang dapat memanusiakan manusia sehingga menjadi individu yang mampu mengembangkan dirinya dalam menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupannya.
Ki Hajar Dewantoro –sebagaimana dikutip oleh Mahfud (2006: 33)– dalam kongres Taman Siswa I tahun 1930 mendefinisikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Ketiga hal tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak didik. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun serta mengembangkan masyarakatnya (Muhaimin, 2003: 43).
Pengertian-pengertian tersebut di atas mengandung sebuah pemahaman bahwa hakekat pendidikan adalah seperti apa yang dinyatakan oleh ahli psikologi pendidikan seperti Chaplin, Tardif, dan Reber, yaitu pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan pelbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri (Syah, 1999: 35).
Mengenai istilah pengajaran, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 14) berasal dari akar kata ajar, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata pengajaran sendiri dalam bahasa Arab disebut dengan ta’lim yang merupakan derivasi dari kata ‘allama yang berarti mengajar (Munawwir, 1984: 1036). Dalam Kamus Arab – Inggris susunan Elias & Elias, kata-kata tersebut berarti: to educate; to train; to teach; to instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar (Syah, 1999: 33). Menurut Echols & Shadily (2003: 580) to teach berarti mengajarkan sesuatu kepada seseorang.
Pengajaran merupakan totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, yang kemudian diteruskan dengan follow up (tindak lanjut). Secara lebih jelas dapat dikatakan, pengajaran adalah kegiatan yang mencakup semua/meliputi seluruh kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry-behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberikan informasi, bertanya, menilai, dan seterusnya) (Rohani, 2004: 68)
Berdasarkan uraian tersebut di atas jelas sekali terdapat benang merah antara “pendidikan” dan “pengajaran”. Pendidikan merupakan konsep idealnya, sedangkan pengajaran merupakan konsep operasional dalam rangka pengembangan potensi atau kemampuan manusia dengan melakukan kegiatan mendidik, melatih atau mengajar. Kata mengajar di sini berarti memberi pelajaran.
Menurut Paul Suparno, sebagaimana dikutip oleh Muliawan (2005: 132), mengajar adalah suatu proses membantu seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu (guru) kepada yang belum tahu (peserta didik), melainkan membantu seseorang agar dapat mengonstruksi sendiri pengetahuannya melalui kegiatannya terhadap fenomena dan obyek yang ingin diketahui.
Pengertian yang lain menyebutkan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Berdasarkan arti-arti ini, maka pengajaran dipahami sebagai proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan (Syah, 1999: 33). Mengajar di sini bukan hanya memindahkan pengetahuan dengan hafalan. Mengajar tidak direduksi menjadi mengajar saja, tetapi mengajar menjadi efektif jika peserta didik “belajar untuk belajar” (learn to learn) (Freire, 2002 : 27).
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. IV Bandung: Remaja Rosdakarya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. II, Cet. IX, Jakarta: Balai Pustaka
Tyler, Ralph W., 1973, Basic Principles of Curriculum and Instruction, Chicago: The University of Chicago Press
Sihombing, Umberto, 2002, Menuju Pendidikan Bermakna melalui Pendidikan Berbasis Masyarakat, Jakarta: Multiguna
Mahfud, Choirul, 2006, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muhaimin, 2003, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Munawwir, Ahmad Warson, 1984, Al Munawwir; Kamus Arab – Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progressif
Echols, John M & Shadily, Hasan, 2003, Kamus Inggris – Indonesia; An English – Indonesian Dictionary, Cet. XXV, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Muliawan, Jasa Unguh, 2005, Pendidikan Islam Integratif; Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fathurrohman, Pupuh & Sutikno, Sobry, 2007, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Cet. II, Bandung: Refika Aditama
Freire, Paulo, 2002, Politik Pendidikan; Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro, et.al., Cet. IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1 komentar:
nice sangat bagus untuk dibaca
registrasi kartu axis online
Posting Komentar