Dewasa ini, kemapanan kecerdasan intelektual (IQ) sebagai tolok ukur tingkat kecerdasan seseorang tampaknya mulai “terusik” dengan munculnya berbagai macam konsep kecerdasan seperti EQ, SQ, ESQ, dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi logisnya, maka seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi belum tentu dapat dikatakan sebagai cerdas apabila belum memenuhi “kualifikasi” mengenai kecerdasan yang lain.
Pertanyaannya sekarang adalah apa sesungguhnya kecerdasan itu? Istilah kecerdasan (inteligensi) pertama kali diperkenalkan oleh Charles Spearman pada tahun 1904. Spearman mengungkapkan bahwa istilah inteligensi digunakan untuk mempermudah dalam mempelajari kemampuan individu, dan inteligensi ini merupakan apa yang diukur oleh tes inteligensi (kecerdasan) (Mangkunegara, 1993: 9).
Robert Sternberg, penulis buku “Successfull Intelligence” mengartikan inteligensi sebagai kapasitas belajar dari pengalaman dan kemampuan mengadaptasi lingkungan sekeliling (Atmosoeprapto, 2004: 147).
Menurut H.H. Goddard –sebagaimana dikutip oleh Azwar (2002: 5)– kecerdasan atau inteligensi adalah tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
Wechsler memberikan definisi kecerdasan/inteligensi sebagai suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien (Mönks & Knoers, Haditono, 2006: 237).
C.P. Chaplin memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com).
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, AS, yang mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (Baharuddin & Wahyuni, 2007: 146).
Pengertian yang diberikan Gardner ini berbeda dengan pengertian yang dipahami sebelumnya, dimana sebelum Gardner, pengukuran tingkat kecerdasan seseorang didasarkan pada tes IQ saja, yang menurutnya hanya menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik.
Pemahaman Gardner tentang kecerdasan seseorang ini telah mengubah konsep kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam kehidupan (Baharuddin & Wahyuni, 2007: 146). Bahkan ia juga berpendapat bahwa kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak, yaitu kecerdasan linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial dan kinestetik (Gunawan, 2003:142).
0 komentar:
Posting Komentar